Blawong sendiri merupakan tempat untuk memajang keris, dibuat dari kayu jati dengan beragam motif wayangnya. Berbagai jenis blawong ini hadir di pameran “Soesoeh Angin” yang digelar mulai Senin, 22 April 2024 di Bentara Budaya Yogyakarta.
Berbagai blawong unik ini adalah koleksi milik Bowo Manisrenggo. Motif-motif wayang dari kisah Mahabarata adalah yang dominan menghiasi blawong-blawong tersebut.
Seniman Nasirun yang membuka acara mengatakan, kebudayaan Hindu berkembang kuat di India, tetapi akarnya sangat kuat di Nusantara, khususnya di Jawa. Seni blawong ini adalah salah satu bentuk kesenian berbasis budaya Hindu itu.
“Di Jawa jaman dulu blawong ini pasti dimiliki orang Jawa sebagai simbol kharisma,” jelas dia.
Sementara itu Hermanu selalu kurator pameran menjelaskan, blawong-blawong ini bukan merupakan produk kerajinan, tetapi lebih ke arah seni rupa tradisional, dan lebih spesifik lagi seni rupa pedalaman. Seni Blawong ini dahulu berasal dari pedalaman jauh dari kota-kota besar di Jawa.
“Kalau kita telusuri seni blawong mulai dibuat pada masa akhir masa kejayaan Majapahit dan munculnya kerajaan Islam di Demak, waktu itu daerah daerah pedalaman banyak menghasilkan wayang klitik dan blawong, dugaan kami sezaman,” jelasnya.
Daerah itu menurutnya adalah ‘Jipang’ yang meliputi Blora, Bojonegoro, Tuban, Ngawi, Madiun, dan Ponorogo, serta daerah ‘Japan’ yang meliputi Mojokerto, Malang, dan sekitarnya. Seni blawong ini merupakan seni rupa tradisional yang tumbuh dan berkembang pada masa Kerajaan Jipang sebelum akhirnya dikalahkan oleh Pajang dan Demak.
“Seni rupa tradisi ini berkembang di daerah pedesaan sekitar hutan-hutan jati yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Seni Rupa Blawong ini sangat luar biasa, ekspresi seninya naif cenderung primitif, jangan dibandingkan dengan seni wayang kulit klasik yang rumit dan berwarna-warni,” kata dia.
Pembukaan pameran dimeriahkan oleh Pentas wayang Ting Lung oleh Ki Mardi Kenci yang unik dengan gaya pementasannya tanpa menggunakan instrumen gamelan. Ia mementaskan lakon “Petruk Nagih Janji”.
Pameran ini sendiri akan berlangsung 23 April – 3 Mei 2024. Pengunjung dapat menikmatinya pada pukul 10:00 – 21:00 WIB di Bentara Budaya Yogyakarta. (den)